
Mengajak Hati dalam Bekerja
Apakah yang menjadi tolok ukur seseorang menikmati pekerjaanya? Dalam dunia kerja ada dua tipe karyawan, pertama karyawan yang bekerja dengan kepandaian dan pengetahuannya (head), kedua karyawan yang mengandalkan koneksinya.
Apakah kedua hal itu menjamin seseorang menikmati pekerjaannya? Kedua hal tersebut belum tentu menjamin seseorang menikmati pekerjaannya sampai mereka bekerja dengan hatinya. Selain bisa menikmati yang dikerjakan, bekerja dengan sepenuh hati akan berdampak pada hasil yang maksimal.
Mampukah seseorang bekerja dengan hati tatkala motivasi bekerja itu sendiri semakin hari semakin memudar disebabkan beragamnya motivasi bekerja yang dimiliki setiap orang, salah satunya adalah pemenuhan materi atau kebutuhan hidup. Namun ada satu hal yang dilupakan oleh kebanyakan orang, bekerja pada dasarnya adalah sedang menjalankan perintah Sang Pencipta untuk mencari karunianya di bumi ini dengan segala potensi yang dimiliki sebagai tanda rasa syukur atas potensi yang diberikan tersebut.
“… Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah) dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Saba’ [34]: 13)
Mari kita renungkan ayat tersebut. Betapa pentingnya nilai syukur ini dimana Allah SWT menggenapi penciptaan kita dengan akal agar kita senantiasa produktif mencari karuniaNya.
Makna bekerja tidak terbatas pada datang pagi pulang petang, karena jika sebatas itu tentu semua orang bisa melakukannya. Bekerja harus dilandasi dengan hati atau kesadaran penuh bahwa setiap yang dilakukan, siapa yang menggaji kita, atau bahkan berapa gaji kita, itu semata-mata adalah sebuah proses yang harus kita lalui. Sementara makna terdalam dari bekerja adalah kita melakukannya dengan kemauan kuat untuk memberikan kontribusi terbaik, tidak hanya kepada perusahaan dimana kita bekerja, melainkan lebih dari itu kita memberikan kontribusi terbaik kepada keluarga dan masyarakat.
Bekerja dengan hati berarti kita bekerja dengan pikiran yang semakin tajam, sehingga akan lebih produktif dibanding bekerja tanpa hati. Dorongan hatilah yang menggerakkan pikiran, kemauan dan tindakan kita.
Bekerja bukan soal kecepatan melainkan soal ketepatan. Bekerja bukan soal seberapa cepat sebuah pekerjaan dapat diselesaikan melainkan seberapa cerdas seseorang menentukan prioritas. Jika kebanyakan orang cenderung sporadis bahkan tanpa detail dalam menyelesaikan setiap pekerjaan, maka mulailah sejak saat ini untuk lebih mengutamakan nilai plus (value added) dari setiap pekerjaan yang kita selesaikan. Salah satunya dengan menetapkan prioritas lalu menyelesaikan dengan maksimal disertai upaya agar pekerjaan tersebut terselesaikan dengan detail, tepat, dan berdampak.
Lalu, bagaimana agar kita mampu untuk senantiasa mengajak hati dalam bekerja, berikut tips dibawah ini:
Bersyukur
Masih ingatkah perjuangan kita saat mencari pekerjaan selepas lulus kuliah dulu? Kemudian tarik nafas sejenak dan sadarlah saat ini pekerjaan itu sudah kita miliki. Di sini, di kantor ini kita telah dikaruniai amanah sebagai karyawan, lalu bersykurlah dengan pekerjaan ini karena masih banyak di luar sana yang masih kesulitan mendapatkan pekerjaan. Dengan bersyukur, maka vibrasi positif akan membantu kita menghadapi dan mengerjakan pekerjaan dengan nyaman.
Tulus
Agar bernilai ibadah maka sebaiknya saat bekerja dilandasi dengan hati yang tulus. Ketulusan ini akan membuat kita terus bersemangat karena getaran positif memenuhi pikiran kita.
Ingat Keluarga
Saat kita merasa malas dalam bekerja maka ingatlah keluarga. Selalu hubungkan hal positif dengan kondisi pekerjaan kita. Misalnya kinerja kita dinilai baik pada akhir tahun karena mampu menyelesaikan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawab kita. Dengan kinerja yang baik, maka berdampak pada peningkatan jumlah penghasilan yang mendukung terealisasinya rencana-rencana finansial keluarga kita.
Karyawan = Manusia yang Berkarya
Sudah tahu kan perbedaan antara buruh, pekerja dan karyawan. Lalu peran anda di kantor sebagai apa? Jika Anda sebagai karyawan maka berbahagialah karena dlihat dari artinya saja, karyawan adalah orang yang berkarya. Ya, selalu berkarya. Dengan paradigma tersebut, sebagai seorang karyawan kita sudah pasti siap berkarya, artinya kita siap menyelesaikan pekerjaan dalam memberikan berkontribusi kepada perusahaan dengan sebaik mungkin. Semakin banyak kita menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggungjawab kita artinya semakin besar pula karya kita.
Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (QS. At-Taubah [9]:105)
Pada dasarnya kelelahan yang disertai dengan kesabaran dalam bekerja itu akan memberikan makna yang teramat berharga yang lebih dari sekedar upah atau gaji saat bekerja. Yakinlah dengan bekerja dapat membuat hidup menjadi lebih mulia jika dilakukan dengan niat dan hati yang tulus. Ketika merasa lelah bekerja itu salah satu pertanda bahwa kita perlu sujud lebih lama. Sebab Sang Penggenggam Jiwa pasti tahu semua lelah dan sabar kita dalam bekerja.
Artikel ini ditulis oleh Rani – Human Resources Dept.